Tuesday, July 26, 2011

Rasaku pun Menghilang Bersamamu

Sampai saat ini, rasaku tertahan disini

Rasa yang tak akan hilang oleh waktu

kau tidak disini

akupun tak ada di hatimu

jiwaku pun ikut menghilang bersamamu...



Kutipan lagu seventeen, hal terindah.



Hmmm... Beberapa minggu ini aku merasakan damai. Dimana ekspresiku dulu? aku tak tahu. bahkan mengetahui sebuah pengkhianatan pun aku hanya diam. Sambil meredam suasana penuh pengkhianatan dan kebohongan, aku berusaha untuk selalu dalam koridorku dalam menilai. Ah... biar saja mereka tak tahu apa yang aku tahu. Aku tak peduli. mereka jauh lebih tahu apa resiko yang akan diterima diakhir kelak.



It was sunny day. After lunch, i found there was a message from him. Aku tertegun, sebuah permintaan maaf. Saat itu waktu serasa berhenti berputar, aku hanya membacanya berulang kali. Jiwaku yang aku umbar damai, saat itu terkoyak lagi. Jemariku mulai menekan huruf huruf yang ada di keyboard. Mencoba mencari ketenangan batin dalam kalimat yang kurangkai, yang naasnya tak aku temukan.



Saat itu, batinku damai saat temanku menunjukan bahwa ada seseorang yang telah bersamanya. Aku hanya berkata, semoga yang terakhir baginya, dan tak ada yang sakit lagi karenanya. Dalam rayuanku padaNya, aku memohon kebahagiaannya. Dan itu sebagai bukti untukku, sebuah keikhlasan hati atas semua yang terjadi antara aku dan dia. Sebagai jawaban untukku sendiri, bahwa hati ini pun kembali murni. Tak ada lagi rasa untuknya. dan aku pun tersenyum atas berita bahagia itu.



Namun batinku kembali bergemuruh saat maaf itu datang. Hanya permintaan maaf biasa menjelang puasa memang. Tapi entah mengapa begitu besarnya gemuruh itu datang dalam batinku. Aku tak tahu apa salahnya padaku. Dia hanya sedikit melukaiku. Aku pun bingung dan bertanya dalam hati, mengapa harus ada luka jika diam yang dia hantarkan padaku. Aku tak pernah menginginkan permintaan maaf darinya, berharap pun tidak. Tapi seketika maaf itu datang, air mataku pun bergulir. Aku tak pernah merasakan sulitnya memaafkan seumur hidupku. Tapi kenapa begitu berat menawar kata maaf darinya pada hati ini. Apa dia melukaiku cukup dalam? Aku pikir tidak. Aku masih bisa mengukir prestasi dan terus maju, dan masih bisa terus berpikir positif. Namun kenapa sulit sekali...


Aku mencoba merunut segala peristiwa yang terjadi, namun tak pernah berhasil mencari maaf itu untuknya. "kalau bisa dibuat gampang, kenapa harus dibuat susah sis. Kamu mampu berbesar hati pada yang lain. kenapa hal ini tidak?", kata seseorang padaku. "Maafkanlah. Berat memang, tapi pasti kamu bisa". "Maafkanlah, lupakan yang lalu, buat apa diingat. tak ada gunanya. Jangan biarkan hatimu mendendam". Tenggorokanku rasanya tercekat, air mata sudah terbayang dan siap jatuh. Temukan aku satu saja alasan agar maaf ini tertawar dalam hati ini.


Seseorang yang baik hati bersenandung pelan, Hal terindah by seventeen. Aku mendengarnya dan akhirnya aku menemukan hal yang terindah dari semua ini. Tak kupungkiri, bersamanya adalah suatu puzzle hidupku yang selalu aku ingin beri warna pink. aku benar benar jatuh cinta, Dia sempat mewarnai puzzleku dengan warna yang indah dan akhirnya cinta itu pun jatuh berserakan bagai kepingan kepingan tak terselamatkan. Hal yang terindah adalah saat hati ini bisa memaafkannya. Tidak memaafkannya akan menjadi masalah tersendiri untukku. dan aku tak ingin melibatkan diriku pada masalah yang lain. aku hanya ingin berdamai dengan diriku sendiri dan orang disekitarku. Aku tahu, akan sampai saatnya nanti aku akan melupakan semuanya. Namun aku bisa melupakan sakitku sekarang, dan tak ada gunanya lagi aku menundanya :) Aku bisa merasakan manisnya memberi maaf. Itulah hal yang terindah yang aku miliki...


Aku pribadi, mohon maaf atas setiap kata, perbuatan padamu dan pada kalian.

Maafkanlah aku...


Dan

Maaf seventeen...

aku merubah lirikmu...


Rasaku pun ikut menghilang bersamamu...

No comments :

Post a Comment